Perlahan jemariku menggulirkan satu persatu si bulat hitam berkilau, sembari diiringi suara lantunan Lailahailallah. Dengan perlahan kulukiskan lantunan "Lailahailallah" dalam hati. Mata ini seakan melihat lukisan lantunan yang keluar dari bibir di atas Ka'bah sajadahku. Putaran pertama sudah selesai si hitam bulat kugulirkan.
Tasbih bulat hitam berkilau itu terus tergulirkan hingga tak sadar air mata ini keluar dengan derasnya. Mengingat betapa lalainya aku dalam beribadah. Betapa lalainya aku dalam menjalankan segala apa yang Engkau perintahkan dan apa yang Engkau larang.
Wahai Dzat yang Maha Pengampun. Ampunilah hambamu yang lemah dan yang ternoda dengan butiran butiran dosa yang selama ini aku perbuat. Air mata ini tak henti-hentinya mengalir sembari di iringi dengan rasa menyesal yang tidak bisa ku bendungi.
Wahai Dzat yang Maha Adil. Meski hambamu yang penuh dilumuti butiran-butiran dosa. Engakupun masih memberikan kenikmatan-kenikmatan yang tidak bisa saya tebak dengan begitunya. Saya merasa betapa banyak mutiara-mutiara itu yang Engkau berikan secara supraes selam ini. Baik itu kesehatan, ketenangan, kebahagian, rizkiMu, dan terutama kedua oramg tuaku sebagai kado terindah dalam hidupku ini. Alhamdulillah...
Jemari tangan kanan terus bergerak menggulirkan tasbih andalanku. Hingga kurasakan ketenangan-ketenangan yang hinggap dalam hati. Allah Maha Penyayang (Ar-Rahman), Allah Maha Pengampun (Al-Goffar). Allah Maha Penerima Tobat (At-Taubat), Allah Maha Segala-galanya. Perlahan derasan air mata ini mulai terhenti mengingat keadilanMu. Namun jemariku terus menggulirkan tasbih andalan itu.
Lailahailallah..Lailahailallah..Lailahailallah..Lailahaillah..Lailahailallah..Lailahailallah..Lailahailallah..Lailahailallah..Lailahailallah..Lailahailallah..Lailahailallah..Lailahailallah..Lailahailallah..Lailahailallah..Lailahailallah..Lailahailallah..Lailahailallah..Lailahailallah..Lailahailallah..Lailahailallah..
Rasa syukurku terus menerus hinggap di dada. Bagaikan malam ini saya menemukan mutiara penyejuk hati.
Gia Miarti
Minggu, 08 April 2018
Mutiara Tahajjud
Sabtu, 30 Desember 2017
Piagam Gumi Sasak
Piagam Gumi Sasak disusun bukan semata-mata dalam halayan sesaat. Namun Piagam Gumi Sasak disusun sesuai dengan apa yang dilihat dan didengar selama ini. Adapun isi dari Piagam Gumi Sasak tersebut ialah sebagai berukut;
Menjadi suku Sasak adalah amanah para leluhur untuk memegang tradisi dan kebudayaan yang harus di pertanggungjawabkan kepada Allah SWT dan generasi mendatang. Menenuaikan amanah sasak itu, sejatinya merupakan mata rantai sejatinya kemanusiaan melalui simbol-simbol yang di hentakkan dalam pemikiran bangsa sasak. Yang terhampar di gumi paer. Simbol-simbol itu merupakan tanda-tanda yang terbaca, yang membangun kembali menuju jati dirinya yang sebenarnya. Perjalanan sejarah bangsa sasak diwarnai oleh hikmah yang tertuang dalam berbagai bencana yang menenggelamkan, mengaburkan, dan mendistakan keluhuran budaya sasak. Berbagai catatan penekanan, pendangkalan makna, pengetahuan jati diri, sampai pembohongan sejarah dengan berbagai kepentingan para penguasa yang masih berlangsung hingga saat ini, melalui pencitraan budaya dan sejarah bangsa yang ditulis dengan persepktif dan kepentigan kolonialisme dan imperialism modern. Hal itu telah membuat bangsa ini menjadi bangsa inferior yang tak mampu tegak di antara bangsa-bangsa lain dalam rangka menegakkan amanat kefitrahannya sebagai bangsa.
Sadar dalam hal tersebut, kami anak-anak bangsa sasak mengumumkan PIAGAM GUMI SASAK sebagai berikut:
Pertama:
berjuang bersama menggali dan menegakkan jati diri bangsa Sasak demi kedaulatan dan kehormatan budaya sasak.
Kedua:
Berjuang bersama memelihara, menjaga dan mengembangkan khazanah intelektual bangsa Sasak agar terpilih kemurnian kebenarannya, kepatutan, dan keindahan sesuai dengan roh budaya Sasak.
Ketiga:
Berjuang bersama menegkkan harkat dan martabat bangsa Sasak melalui karya-karya kebudayaan yang membawa bangsa Sasak menjadi bangsa yang maju dan menjunjung tiga nilai religiusitas dan tradisionalitas.
Keempat:
Berjuang bersama membangun citra sejati bangsa Sasak baru dengan kejatidirian yang kuat untuk menghadapi tantangan peradaban masa depan.
Kelima:
Berjuang bersama dalam satu tatanan masyarakat adat yang egalitar, bersatu dan berwibawa dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kakuatan serta memberkahi perjalanan bangsa Sasak menuju kemaslahatan seluruh umat manusia.
Mtaram, 14 Mulut Tahun Jenawat/ 1437 H
26 Desember 2015
Ditandatangani bersama kami,
1. Drs. Lalu Azhar
2. Drs. Haji Lalu Mujtahid
3. Drs. Lalu Baiq Windia M.Si
4.TGH. Ahyar Abduh
5. Drs. Haji Husni Mu’adz MA., Ph. D
6. Dr. Muhammad Fajri, M.A
7. Dr. Jamaludin, M. Ag
8. Dr. Lalu Abd. Kholik, M.Hum.
9. Drs. H. Abd. Muhit Ellepaki, M. Sc
10. Dr. H. Sudirman M. Pd
11. Dr. H. L., Agus Faturrahman
12. Mundzirin S.H
13. L., Ari Irwan, SE., S. PD., M. PD
Penyusunan dan pembacaan Piagam Gumi Sasak semata-mata bukan karena hal-hal yang sepele. Namun Piagam Gumi Sasak disusun sesuai dengan apa yang dilihat dan didengar selama ini. Dan disetujui oleh tokoh-tokoh budayawan diatas. Selain itu, tujuan dari penyusunan dan pembacaan Piagam Gumi Sasak ialah untuk menyatukan roh, semangat bangse Sasak ini agar mencapai di jati diri.
Minggu, 24 Desember 2017
Makam Wali Nyatok
KEPERCAYAAN MASYARAKAT SASAK TENTANG TRADISI BERZIARAH KE MAKAM WALI NYATOK
Tradisi adalah kebiasaan turun temurun (dari nenek moyng) yang masih dijalankan dalam masyarakat. Makam Wali Nyatok berada di Desa Rembitan, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah. Berziarah kemakam Wali Nyatok merupakan tradisi orang sasak terutama di sekitaran Lombok tengah. Dari zaman dahulu samapai sekarang pengunjungan makam Wali Nyatok biasanya di lakukan pada hari rabo. Karena menurut nenek moyang kita bahwasanya Wali Nyatok mencurahkan berkah kepada semua masyarakat yang berkunjung. Masyarakat berziarah kemakam Wali Nyatok bertujuan untuk berdoa. Biasanya doa yang dilantunkan adalah doa keselamatan, kesehatan dan sebagainya.
Nyongkolan
TERANCAM PUNAHNYA PENGETAHUAN PENDUDUK GUMI SASAK TENTANG TRADISI SORONG SERAH AJI KERAME
Merarik dan Sorong Serah Aji Krame sangat tejrkenal oleh semua penduduk gumi Sasak. Seiring begitu banyak penduduk gumi Sasak yang mengenal tradisi merarik ini, namun masih banyak juga penduduk gumi Sasak yang tidak mengetahui apa makna dan maksud dari tradisi merarik tersebut terutama para remaja zaman sekarang. Menurut narasumber atau amak ayu dan amak akbar ‘banyak para remaja zaman sekarang tidak memperdulikan maksud dan tujuan dari tradisi merarik dan Sorong Serah Aji Kerame ini. Oleh karena itulah yang menyebabkan banyak penduduk gumi Sasak berpendapat bahwa nyongkolan itu hanya membuat para remaja urak-urakan, menyebabkan kemacetan.
Menurut amak Ayu merarik adalah memperesahkan hubungan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan. sedangkan amak Akbar mengartikan merarik sebagai mempererat hubungan silaturrahmi antara keluarga pengantin laki-laki dan pengantin perempuan.
Proses merarik/melaik terjadi apabila ada sepasang kekasih (laki-laki dan perempuan) yang hendak menghalalkan hubungan silaturahmi. Maka mereka harus janjian terlebih dahulu, dan tidak perlu diketahui oleh siapapun. Setelah mereka saling menyepakati janjinya, calon pengantin laki-laki membawa teman atau sanak saudara yang sekiranya berjumlah tiga untuk menjaga dalam perjalanan mbait/melaik. Kemudian calon pengantin perempuan yang dibawa, terlebih dahulu kerumah sanak saudara laki-laki seperti di rumah kakak, di rumah paman atau di rumah bibiknya. Sanak saudara laki-laki ini membawa pengantin perempuan kerumah orang tua pengantin laki-laki. Kemudia semua warga, tetangga dan keluarga pengantin laki-laki menyiapkan makanan untuk menjamu pengantin perempuan dan laki-laki yang biasa disebut mangan merangkat. Mangan merangkat ini membuktikan bahwa pihak keluarga pengantin laki-laki sangat bahagia dengan kedatangan pengantin perempuan.
Keesokan harinya kedua orang tua laki-laki mengutus dua orang untuk pergi kerumah pengantin perempuan yang biasa disebut sebagai ‘pantok selabar’. Pantok selabar bertujuan untuk memberitahu kedua orang tua pengantin perempuan. Sebelum ke rumah pengantin perempuan, terlebih dahulu utusan atau orang pantok selabar tiba di rumah Kepala Desa. Adapun yang dibawa antara lain: leweng yang berisikan leang atau kain putih melambangkan kesucian, kembang komak melambangkan masih kotor, usap atau penghapus dosa laki-laki yang secara diam-diam mengambil anak perempuannya, dan keris melambangkan untuk mengatur perilaku pengantin laki-laki dan pengantin perempuan. Adapun pelafalan yang dilantunkan dalam pantok selabar yaitu: “kami diutus oleh pihak keluarga pengantin laki-laki untuk memberitahu kepada pihak keluarga perempuan bahwa anak bapak dan ibu baik-baik saja”.
Setelah tiga kali dilakukan pantok selabar, pihak keluarga perempuan menentukan berapa tagihannya, hari perkawinan dan hari botes dui atau nyongkolan. Kemudian setelah hari perjanjian sorong serah aji kerame tiba, pihak keluarga laki-laki, tetangga dan pembayun datang ke rumah pengantin perempuan dengan membawa olen berupa kain. Olen ini banyak macam harganya, seperti berikut; tingkat raja dengan harga Rp 200.000, tingkat bangsawan/menak dengan harga Rp 100.000, tingkat perwangsa dengan harga Rp 66.000, tingkat sedang dengan harga Rp 33.000, tingkat paling rendah dengan harga Rp 17.000.
Setelah Sorong Serah Aji Kerame selesai, acara selanjutnya yaitu nyongkolan atau nyundol. Dimana nyundol ini mempunyai arti yaitu keluarga pengantin laki-laki membawa barang yang berupa kain, songket, uang, sabuk, dan cincin. Sedangkan nyongkolan ini merupakan cara silaturrahmi keluarga pengantin laki-laki dengan diiringi warga, sahabat, dan sanak saudara kepada keluarga penganting wanita. Dimana pengantin laki-laki dan perempuan di hias sedemikian rupa untuk membuktikan kepada keluarga pengantin perempuan bahwa kedua orang tua dan seluruh warga, dan sanak saudara pengantin laki-laki sangat bersyukur. begitu juga dengan keluarga pengantin perempuan menyambut kedatangannya yang biasa di sebut dengan mendakin.
Bales lampak kaki sangat penting dilakukan oleh pihak keluarga laki-laki. Karena dalam bales lampak kaki ini membuktikn bahwa silaturrahmi tidak hanya dilakukan satu kali saja, namun bisa di lakukan dengan berkali-kali. Dalam bales lampak kaki ini akan diadakan ramah tamah anatara keluarga laki-laki dan perempuan untuk saling kenal mengenal.
Sekian.